Mustahil Ada Terlambat Dalam Dunia ini




Menjadi seorang ibu memang sulit, merawat anak dari kecil sampai besar merupakan hal yang rumit  bagi kita yang bisanya masih melihat dan beranggapan sulit. Apalagi ketika dihadapkan dengan tekanan batin yang pegit sehingga menjadikan situasi semakin sulit. Namun yang lebih mengerikan lagi ketika mempunyai anak yang usianya sudah menginjak dewasa tapi tapi sholat tidak bisa, kewajibannya tidak pernah di laksanakanya. Untuk sekedar bertata krama saja tak pernah di sembahkan pada ibunya.
Seperti dalam tokoh cerita Ramayana yang diperankan oleh Duryudhana bahwasanya dalam kehidupanya dipenuhi dengan ambisi kekuasaan, keinginanya yang selalu harus di turuti menjadikan dia semakin dibutakan oleh nafsunya. Dalam cerita tersebut ibunya sangat menderita karena dipaksa terus untuk menggulingkan kekuasaan ayahnya  yaitu Destrarasta. Dan yang terjadi ayahnya tidak pernah terkena bujukan ibunya Duryudhana karena ayahnya masih saja menjaga amanat dari saudaranya yaitu Pandhu untuk menjadi raja sampai dia pulang dari pertapaanya. Dan karena Duryudhana masih saja berambisi untuk berkuasa akhirnya menyerang kerajaan dan mematikan ayahnya sendiri.
Tetapi dalam cerita ini bukan penuh diperankan oleh Duryudhana tetapi agak sedikit mempunyai kemiripan. Dalam suatu desa bernama kecil bernama Gangga terdapat salah satu rumah besar dengan segala kemegahanya semua yang ada didalamnya serba mewah. Dalam keluarga itu tidak pernah adanya kekurangan. Bapak dan ibu tersebut semasa hidupnya bermewahan dengan hartanya dan selalu memanjakan anaknya, memberikan semua apa yang di inginkan anaknya. Bukan malah mengajarkan anaknya hidup yang benar tetapi malah seakan menjerumuskan. Suatu ketika anaknya  lulus dari SMA sedangkan umur orang tuanya sudah mendekati tua sekitar 70 tahunan. Disamping bergelimang harta orang tua tersebut bermusyawaroh akan bagaimana kelanjutan anaknya setelah lulus SMA. "Bagaimana pak kalau kita kuliahkan? Biar nantinya ketika lulus bisa meneruskan usaha bapak" kata ibu itu. Namun sang bapak tidak setuju "jangan bu, dilatih kerja saja dia. Nanti kelamaan kalau kuliah dulu". Ternyata setelah lama berdebat keduanya belum mendapatkan jawaban dan akhirnya ibunya lalu memberikan usul lagi "ya sudah pak, kalau gitu kita tanyakan saja pada haidar bagaimana keinginan selanjutnya setelah lulus SMA". Disini Haidar merupakan anak satu-satunya dari kedua orang tua tersebut. Dalam hal ini Haidar juga sangat bingung menentukan pilihanya. Dalam kebingunganya akhirnya Haidar memberanikan diri untuk termenung menyendiri. Tepat pada tengah malam Haidar pergi keluar seakan ingin mencari wangsit jawaban terhadap kebingunganya.
Saat itu suasana sangat tenang, angin malam menyelimuti keheningan sehingga membuat hati Haidar sedikit tenang. Sebelum memulai ritualnya haidar menyempatkan berwudhlu yang saat itu dia mengingat pesan guru SMA nya "Mulailah berwudhlu ketika kamu akan memulai sesuatu". Dengan rasa yakin Haidar memulai merenung mengosongkan pikiranya, dengan hatinya menyebut Allah...Allah..Allah.. , karena memang yang Haidar bisa cuman itu. Do'a saja belum tidak bisa dan memang dari kecil didikan agama dari orang tuanya sangat minim. Selang beberapa waktu haidar dalam konsentrasinya terpecahkan karena suasana yang tenang sehingga membuatnya tertidur dalam  konsentrasinya. Singkat cerita datanglah orang tua dalam mimpinya dan memberikan salam kepada Haidar "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu" berkali-kali salam itu datang namun masih dalam keadaan yang tenang Haidar belum saja bisa terbangun dan yang ke tujuh kali akhirnya orang tua itu menampar Haidar "plakk..plakk.."sontak saja Haidar terbangun dalam mimpinya dan menanyakan "Siapakah bapak? Kok mendatangiku?" Dengan tertawa-tawa orang tua itu menjawab, tetapi bukan memberitahu siapa dia malah memberikan teka-teki "kamu akan tahu aku jika bisa memahami ini, bagaimana kamu mengingatku, dari mana asalmu? Kapan kamu mengunjungiku dan  dari siapakah harta bapak ibumu?" Dijawab saja "kamu adalah seorang lelaki tua yang tak punya sopan santun datang-datang menampar saya". Memang sifat haidar yang kurang bertata krama sehingga dengan orang tua tak bisa sopan santun, sering sekali membuat marah orang lain. Disini pun irang tua itu sampai marah dan menamparnya lagi tujuh kali "plakk..plakk..plakk" sampai Haidar terbangun dari tidurnya dan lari pulang kerumah.
Dalam hatinya berkata " ya Allah, siapakah orang dalam mimpiku tadi? Semoga engkau memberikan keselamatan untukku" . Sampai dirumah dia berwudhlu lagi dan menunaikan sholat, entah sholat apa yang dia lakukan dalam hatinya berniat sholat. Dan ketika sampai di sujud pada rokaat kedua Haidar tertidur lagi dan di datangi orang tua tadi dengan mimpi yang sama. Kemudian terbangun dan ternyata sudah waktunya subuh. Dengan cepat-cepat sholat subuh dan berdo'a  setelah itu menemui ibunya dan menanyakan perihal mimpi itu. Dia membangunkan ibunya yang masih tertidur dan setelah terbangun langsung saja  menceritakan apa yang dia alami tadi malam. Setelah menceritakan semuanya Haidar menanyakan  "buk, saya mau bertanya siapakah orang dalam mimpiku itu?"  Setelah berfikir agak lama ibunya teringat pesan-pesan terdahulu oleh ayahnya bahwasnya "pada keturunan ke tujuh kakek kamu berpesan akan ada dari keturunanku yang kelak nantinya mempunyai kecerdasan tetapi kurang pengetahuan agamanya, maka larikanlah dia ke Pesantren  dan kelak akan saya temui dia". Dan  saat itu ibunya Haidar baru tersadar ternyata Haidar adalah keturunan ke tujuh dari kakenya. Lantas pesan-pesan ayah dari ibunya haidar di beritahukan pada Haidar " nak, sebelumnya maafkan ibumu yang telah lalai terhadapmu, kamu adalah keturunan ke tujuh dari kakekmu yang memberikan pesan pada setiap keturunanya dan sampai ke ibumu. Namun karena ibumu telah lalai terhadapmu karena kenikmatan dunia akhirnya melupakan hak-hakmu, pesan dari kakek-kakekmu".
"Oh iya bu, memang kenapa? Apa yang dipesankan untukku? Apakah kakek menamparku sebanyak tujuh kali karena aku keturunan ke tujuh?" Tanya Haidar dengan penasaran dan dijawab oleh ibunya "benar Haidar, kamu adalah keturunan ke tujuh dari kakekmu, kamu dalah yang mewarisi kakekmu, dulunya kakekmu merupakan seorang yang Solih yang disegani banyak orang, karena kesolihanya sehingga menjadikan orang-orang disekitarnya sangat menghormati kakekmu, tetapi anak turunya belum bisa mewarisi itu semua dan sampailah yang ke tujuh padamu nak. Dalam mimpi itu kakekmu memberikan isyarat bahwasanya kamu setelah lulus SMA harus melanjutkan ke Pesntren untuk mewarisi dan meneruskan perjuangan kakekmu, berbahagialah nak kamu merupakan pilihan kekekmu". Dalam hal ini Haidar menyikapi dengan diam dan tertunduk, apakah benar diriku merupakan titisan kakek? Sedangkan aku sedikitpun pengetahuan agama tidak punya. Telah lama berfikir Haidar akirnya menjawab enggih buk, kulo manut panjenengan mawon, la bapak pripun? Setuju nopo mboten?. Perasaan kaget tertuang pada hati ibunya " lah, anak iki kok bisa bahasa Jawa alus?" Dijawab saja oleh ibunya " nak, InsyaAllah bapakmu bakal setuju kalau ibumu yang bilang". Oh enggeh buk, mpun kulo di pondokken kapan mawon siap, asal ibuk kerso saget ndamel ibuk bungah, remen, nggih ngapunten buk sakderengipun kulo selama niki dereng saget damel ibuk remen, wontene nyusahne ibuk, niki kesempatan kulo saget ngabdi dateng ibuk". Jawabnya Haidar dengan penuh lapang dada, dan haidar sendiri tidak menyadari kalau sedang berbahasa Jawa alus, sejak kapan dia bisa berbicara seperti ini dan padahal tidak pernah belajar bahasa Jawa. Mungkin ini yang merupakan titisan dari kakek, katanya dalam hati. Dan tanpa berfikir lama setelah 3 hari diberikan waktu akhirnya Haidar di larikan ke Pondok Peaantren guna menuntut ilmu agama. Kelak akan menjadi seorang ulama yang besar melebihi kakeknya.

Selamat anda dibohongi oleh pembuka cerita hehehe,,,semoga terhibur dengan cerita tersebut dan Terima kasih atas kunjunganya.
Salam.. 25 April 2019

Comments

Popular Posts