Pemuda Jantan Menurut Perspektif Zaman Dahulu dan Zaman Now
Pemuda Jantan Menurut Perspektif Zaman Dahulu dan Zaman Now
Tepat pada hari sabtu pukul 10.00 pagi agak menjelang siang. Saat suwung-suwungnya dirumah aku berpikir kedapur sajalah menyendiri merenung sambil nyamil. Sampai didapur ternyata ada ibuku. Mondar mandir aku yang dari tadi menunggu ibu pergi dari dapur ternyata tak pergi-pergi. Tiba-tiba mak tarrr.... Waduh pikirku tamat iki. Eitz.. Jangan berfikir suara tarr datang dari piring atau gelas jatuh, tapi dari hati yang merasa kaget bercampur bingung sehingga menimbulkan suara tarr yang tak bisa digambarkan kecuali dengan tulisan hehe. "Le kok mobat mabit koyok kekean jane nyapo to?" Tanya ibuku yang sembari memecah konsentrasiku. Dengan gugup aku menjawab "ngentosi panjenengan buk ngaleh saking mriku. Soale badhene nyamil, hehe". Jawabnya dengan sedikit nyindir "ngono e yo munyer-munyer kari ngomong ibuk lak yo wes, mosok buk e arep muni gak oleh" Jawabnya ibuk sambil berdiri dan bergeser ke kursi sebelah.
Tanpa basi basi aku bertanya" buk-buk, siang ngeten enak e nopo nggih, souwung buk kulo".
Yo kono lee neng sawah ngewangi Pakdhe Koswari metoli suket"
"Tapi panas buk, mangke panjenengn kirim kulo"
"Alah lee, panas ngono e nek bagus panggah bagus, yowes ndang budal ngko t kirim bareng pakdhe Koswari" Jawab ibuk sambil mengambilkan capil coklat yang gak sobek-sobek pinggirnya.
Langsung saja tanpa pikir panjang aku terima capil yang diberikan ibuku. Kusiapkan kaos panjang dengan celana pendek membawa sabit ditangan kanan layaknya tentara zaman dulu berperang. Berangkat menaiki motor sampai di sawah langsung saja turun dan ikut matoli suket. Seperti biasa saya langsung menyapa sok kenal "Pakde kulo ewangi". Oke Duh, panggilnya kesaya yang jelas-jelas namaku bukan Abduh dan itu adalah panggilan kakak saya. Say pun meng iyakan karena memang dia sudah agak tua tetapi bekerja disawah sudah menjadi makananya sehari-hari. Tidak banyak yang aku tau tenyang Pakdhe itu. Sambil menyabuti rumput di antara padi kami berbincang-bincang sambil bergurau. Pikirku bapak ini ternyata tidak pilih-pilih dalam mengajak bicara bahkan beberapa kali aku dibelajari olehnya.
Waktu yang terus berjalan dengan di iringi matahari yang asalnya berada di sebelah timur menjadi bergeser agak ke tengah tepat diatas kepala seakan dia tidak mau menghianati waktu dengan terus berjalan dan dengan kesetiaanya memberikan sinarnya yang tak pernah habis. Panas siang ini menusuk ke tubuhku serasa seperti seorang ketika mengungkapkan cintanya tapi tertolak dengan halus. Kan sakit tapi tak berdarah hehe..cukup sampai disini saja, disini penulis tidak berniat membuat baper pembaca.
Setelah agak sekian lama merumput di sawah tiba-tiba ada panggilan "pakdhe.. lee.. wayae sarapan disek" aku cari-cari suara itu tidak kunjung ketemu dari mana asalnya saya benar-merasa kaget, mengapa yang kulihat hanya padi dan tanah disekelilingku. Masya Allah, pantas saja tak terlihat apa-apa kecuali padi. Ternyata saya masih diposisi mbungkung mencabuti rumput. Haha Disini pembaca kena prank. Menyambung cerita selanjutnya saya berdiri dan ternyata ibuku membawakan sarapan "Mantap, ancene pengeran ki mengerti keadaan kawulane" dalam hatiku bergumam seperti itu.
Seketika itu saya dan Pakdhe Koswari menepi. Kami berdua pun makan bersamaan. Dan yang membuat saya terpana ternyata MasyaAllah, rasanya makan disawah sambil dikipasi angin alami layaknya seperti disurga. Kali ini aku benar-benar merasan nikmatnya makan. Setelah selesai makan kami minum kopi sambil berbincang-bincang dengan sedikit curhat.
"Pakdhe, ternyata enak nggih sarapan ten sawah. Nagih i"
"Iyo le, penak..angine yo uisis. Kimau siro mrene karepe dewe po diutus ibuk?" Tanya Pakdhe kepadaku.
"Nggih niki wau suwung, kaleh ibuk diutus nyawah mawon. Nggih pikire kulo mosok gadah sawah kok gak nate nyemplung, isin kaleh ibuk kulo".
"Oh yo bener ngono lee, bocah koyok siro nginiki saiki wes jarang sobo sawah. Enek e nguli ning jakarta. Kadang aku yo miker nek saiki gak enek cah nom sing nyawah trus sopo sing nerusne mbesuk" sambil menyeduh kopi.
Sambil merokok dan membuat asap lingkaran aku pun bertanya " Pakdhe ngeten rien jamane panjenengan nopo nggih rame lare nom-nom?"
"Wiyeh disek rame, seneng nek kon nyawah ki koncone akeh. Malah disek jaman enom ku diomongi Seorang Pejantan i bukan yang hanya duduk enak-enakan ngrokok di warung sambil ngomongin keberanianya melamar wanita seperti anak sekarang.Tapi yang berani ke sawah tanpa takut hitam, dan jijik, dll. La cah saiki ragodak opo-opo wes pengen rabi ae arep diwei mangan watu bojone?" Ucapnya sambil ngegas dan sedotan rokoknya semakin cepat entah karena emosi baper mungkin hehe
Dan tidak terasa kami berbincang-bincang banyak. Suara adzan pun terdengar dan kemudian saya pamit pulang " Pakdhe kulo mantok rien sampun adzan, matur suwun Pakdhe". Aku pun segera pulang dan sampai dirumah Ibuku sedikit menyindir dengan tertawa " loh lakok koyok angos wajan iki" haha aku pun tertawa-tawa.
Sekian cerita ini jadi pandangan orang dulu dengan orang sekarang mengenai pemuda jantan adalah ketika seorang lelaki berani terjun ke sawah membantu orang tua tanpa ada rasa takut menjadi hitam, jijik, dan males. Ya mungkin pandanganya seperti itu karena memang zaman dahulu masih rindang, banyak persawahan bahkan setiap orang mempunyai sawah luas-luas. Makanya mengajak anak-anaknya, bahkan remaja ke sawah agar kelak ketika ditinggal bisa meneruskan perjuangan orang tua, tujuanya baik juga mungkin agar nanti bisa untuk bekal dengan anak istrinya.. Dan menurut zaman now ada yang mengatakan lelaki sejati adalah yang berani mendatangi orang tua si cewek dengan maksud melamar. Kan lucu kalau kata-kata ini dipakai remaja yang bisanya masih males-malesan, kerjanya tidur, hura-hura.
Kata asing:
-Matoli dalam bahasa indonesia saya diartikan mencabut rumput yang menutupi padi
Sekian cerita dari sini saja, ingat ini cerita sebagai hiburan jika ada yang baik silahkan diambil dan jika tidak baik jangan diambil pelajaran. Dan riset ini tidak dapat dibuat tendensi dan sekiranya untuk bahasa ada yang kurang mengerti silahkan ditanyakan dikolom komentar, insyaAllah pasti dijawab hehe, terima kasih Wassalamu'alaikum..
Comments
Post a Comment